





BISA jadi, inilah salah satu jawara bonsai paling paripurna di planet bumi. Selain bonsainya beberapa kali jadi juara internasional di berbagai kelas, website dan karya foto bonsainya pun jadi juara dunia! Ia juga penerima Joshua Award untuk akar/kaki-kaki bonsai terbaik!
Nama populernya Nacho Marin, nama aslinya Jesus Ignacio Marin. Arsitek yang handal dalam fotografi ini lahir di Venezuela, tetapi saat ini ia memegang dua paspor kewarganegaraan : Venezuela dan Spanyol.
Lelaki berusia 50 tahun ini semula –begitu lulus dari teknik sipil– langsung menerjuni di bidang seni dekor plastik. Kemudian alih profesi jadi pelukis, dan bahkan pindah jadi fotografer sebelum kemudian secara total menenggelamkan diri dalam dunia perbonsaian.
“Saya pilih bonsai karena di dalamnya ada unsur seni yang komplet. Ada tantangan besar menyangkut intensitas, kreatifitas, rekreasi, butuh ability dalam intervensi terhadap alam yang artistik yang berkarakter,” kata Nacho Marin pada Iwan Gajah dari bursabonsai.com. Berikut petikan wawancaranya:
Kapan Anda memulai terjun ke dunia bonsai?
Sudah cukup lama sih sebetulnya. Tetapi secara empirik saya anggap sejak tahun 2002, ketika saya bergabung dalam The Sociedad Venezolana de Bonsai (komunitas bonsai Venezuela) di kota Caracas. Saya langsung berguru pada Yolanda Gordon, dia salah satu master bonsai di Venezuela.
Hanya itu?
Tentu tidak. Berikutnya saya mengambil kursus lanjutan (intermediate dan advanced) di Conservationist and Bonsai Society di Valencia, Venezuela (2006) di bawah bimbingan langsung master bonsai Miracles Rauber dan Luisa de Alfaro. Di sini juga saya mengambil kursus sebagai instruktur bonsai. Kemudian saya mengikuti Intensive course di Futago school of Bonsai, San Jua, Puerto Rico (Amerika) pada 2007 dan 2008 di bawah bimbingan master Pedro Morales. Saya tuntaskan kursus instruktur bonsai untuk segmen Eropa di Futago school of Bonsai juga pada 2008, tetapi di bawah bimbingan master Salvatore Liporace.
KOLEKSI NACHO MARIN :: Pithecellobium Tortu (100 cm) :: Juara dunia 2009 versi WBFF Piala Pedro Morales :: Juara dunia Tropical Bonsai :: Juara olimpiade foto seni bonsai
TAMBAHAN INFORMASI
Disela-sela kursusnya, Nacho Marin juga aktif tampil di berbagai forum bonsai di beberapa negara. Ia mengaku pernah menjadi asisten/pembantu Masaiko Kimura saat memberi demo bonsai. Juga maestro penjing/bonsai Min Shuan Lo (China), Invernissi Marco, Francoise Jecker, Quin Quan So, Robert Stevens (Indonesia), Robert Kenpinski, dan Sandro
Signieri (Italia).
Pantaslah kalo Nacho Marin kemudian berkibar di berbagai forum kontes maupun ekspo bonsai sebagai juara. Gelar pertama yang direbutnya adalah juara pertama kontes bonsai Milagros Rauber se Amerika Latin (FELAB) pada 2003 di Caracas, Venezuela.
“Saat itu juri utamanya master Quin Quan Sao,” kisah Nacho. Saat itu juga dia merebut gelar juara kedua untuk Primer lugar Galardón Público.
Dua tahun kemudian (2005) Nacho merebut gelar juara pertama kontes bonsai Ben Oki sebuah kontes bonsai tingkat dunia yang diselenggarakan Federasi Bonsai Dunia (WBFF) di Washington DC, Amerika. Hampir bersamaan ketika ada kontes bonsai tingkat benua Amerika Latin (FELAB), ia merebut gelar juara ketiga untuk kelas New Talent.
Setahun berikutnya di sarang para samurai bonsai dunia, Jepang, Nacho menambah koleksi juaranya dengan memenangi kontes bonsai Piala JAL (Japan Air Lines). Demikian juga pada 2007 dalam kontes bonsai se dunia piala JAL, Nacho kembali berkibar sebagai pemenang.
Di tahun 2007, dalam kongres dan kontes bonsai se dunia (versi BCI), Nacho tampil sebagai juara untuk Piala Pedro Morales.
Pada 2009 dalam Olimpik Kontes bonsai se dunia yang digelar Federasi Bonsai Dunia (WBFF), Nacho merebut gelar :
- Juara I kategori Tropical Bonsai
- juara III kategori Flowers and Fruits
- juara III kategori Conifer
- juara III kategori Deciduous
- juara I kategori Progressive Open
- juara I kategori Progressive Tanuki
- juara I progressive tree over rock
- juara I progressive penjing
- juara dunia web photo contes
Disamping itu, Nacho juga merebut penghargaan untuk kategori Best broad leaf tree/ perantingan (non conifer), dan merebut Joshua Roth Award untuk kategori akar/kaki-kaki bonsai terbaik.
Baiklah, mari kita lanjutkan wawancaranya.
Berapa banyak bonsai yang Anda punya?
Saya tidak pernah berfikir soal jumlah atau kuantitas pohon. Dalam asumsi saya, cukup punya sekitar 30 bonsai tapi kualitas dan statusnya jelas, juara.
Kapan Anda mulai tertarik dunia bonsai?
Semua serba tak sengaja. Suatu ketika pada 2001, pacar saya ngajak melihat sebuah pohon kerdil yang ditanam di atas batu, tepatnya di klub bonsai Sociedad Venezolana de Bonsai. Saat itu usia saya 20 tahun, dan rasanya bukan waktu yang tepat untuk memulai hobi bonsai. Hati saya berkata, “Kamu tak akan memaksakan diri ber-bonsai, bonsailah yang akan memaksamu.” Everything is possible to do.
Apa filosofi Anda dalam ber- Bonsai?
Saya percaya dalam sebuah evolusi bentuk, adalah penciptaan yang tak kenal lelah, menafsirkan dan menafsirkan kembali dalam esensi bentuk primitif. Itulah bagian tegas saya dalam dunia seni. Saya percaya itu. Dalam permainan hampir mustahil dari sebuah perubahan yang dibuat dengan memanipulasi harmonisasi dari pikiran tak terbatas manusia, terhadap alam, seperti memberikan entitas dari beragam sumber informasi, adalah kekuatan atau cara lain guna mempertahankan seni yang mengagumkan.
Perasaan yang memaksa saya menerjunkan diri dalam bagasi budaya, ranah lain dari seni klasik seperti lukisan, patung dan seni kontemporer, fotografi dan arsitektur mendorong saya untuk mencintai secara mendalam seni bonsai dan penjing. Seni hidup ini telah memberi saya sejumlah besar pelajaran dan pengalaman hidup seperti kesabaran dan kerendahan hati, selalu berpikir pohon pertama saya –sebuah Bucera Bucida– yang masih terus membuat saya teringat-ingat.
Saya mentatokan pengalaman-pengalaman seperti itu di pikiran saya. Untuk bekerja pada Bonsai, Anda hanya perlu berpikir dengan berbuat serius penuh semangat, keteguhan, belajar dan banyak praktek. Anda tidak akan pernah berhenti belajar dan selalu tetap berfikir merdeka, bahwa Bonsai adalah ruang virtual di mana alam memungkinkan
kami bermain dengan menciptakan itu. Selain itu, ketika saya memikirkan Bonsai, selalu saja datang
dalam pikiran saya: gairah, drama, kekuatan, keteguhan dan lebar aliran kesabaran.
Pohon apa favorit Anda, kenapa?
Saya percaya, hal terbaik bukanlah hal spesies pohonnya. Hal terpenting adalah seperti tingkat kerumitan dan tingkat kesulitan pohon itu untuk dipermak menjadi sebuah bonsai yang atraktif. Ini sebuah tantangan. Tetapi jika saya boleh memilih, sesuai pengalaman saya, tentulah pohon Pithecellobium Tortum saya paling suka. Ranting dan daunnya kuat dan indah, halus dan berkaratker, sangat kontras jika dibuat bonsai dengan teknik deadwood.
Style bonsai apa yang Anda suka?
Saya paling suka pohon-pohon yang dramatis, yang gerak (lika-liku) pohonnya seperti berbicara tentang pertarungan hidup yang tak pernah selesai. Tak masalah apa stylenya, tak masalah teknik apa yang digunakan untuk mempermak bonsainya. Ketika saya melihat sebuah pohon bakalan bonsai, saya tak pernah peduli soal style, saya hanya peduli visual impactnya.
Bagaimana dengan Penjing dan Suiseki? Hanya suka, atau sudah mencoba?
Untuk membuat penjing adalah sebuah kesenangan tersendiri dalam ber-bonsai. Sejauh yang saya tahu, adalah sebuah suiban yang mempesona, teliti dan seksama dengan ketepatan yang sangat menantang bagi para artis bonsai. Dan saya harus bilang “Yes” bahwa saya adalah pecinta berat penjing. Khususnya dalam teknik dan mencari solusi tersulit dalam menyusun elemen-elemennya seperti air, batu, dan pohon. Saya suka penjing landscape.
Terima kasih …
iwan gajah [bursabonsai.com]
Luar biasa ! Mudah-mudahan tulisan ini dibaca oleh semua pecinta Bonsai umumnya, dan khususnya di Indonesia !
Bahwa bonsai bukanlah sekedar seni apalagi seni sekedar ! Keuletan, ketekunan dan ketelitian sangat dibutuhkan
Terima Kasih mas iwan gajah [www.nursabonsai.com] yang telah memberi kesempatan untuk saling berbagi,
Semoga kesehatan dan kesempatan anda selalu prima untuk terus berkarya. Salam dari Pulau Madura
Thank you master Cak Parto
I think Nacho is a remarkable figure in the world of bonsai
I enjoyed reading this article, mainly about the philosophy and the myriad of titles that have been achieved. Excellence.
Greetings from Indonesia
Warhard Werioadinegoro
thank for you apreciation
Grote persoonlijke
Briljante prestatie
Salut voor Nacho Marin
Duim voor http://bursabonsai.com
Groet
ASTRID
Luar biasa bung Nacho Marin ini, berkarakter dan berbakat.
Empat jempol buat beliau.
thank you
I am froveer indebted to you for this information.
Comienzo de la página de este mismo hombre Nacho Marín
Colección Bonsai es impresionante!
Salut para Nacho amigo.
saludo
Bakti Lubis
Awesome! Amor es mirabitur conspectu Nacho Marin.
Multa possunt cognosci ab eo.
Frater eu Gajah Iwan
SP
Salut buat Nacho Marin, mudah-mudahan dgn artikelnya bisa membuka wacana di Indonesia bahwa Seni Bonsai itu memang sudag mendunia dan apabila kita mau serius untuk menggelutinya maka kita akan berhasil. Yang ingin saya ingatkan pada para pebonsai indonesia bahwa pohon yang kita buat bonsai itu adalah ciptaan Tuhan, kita hanya berusaha untuk memperindahnya tetapi hasilnya tetap Tuhanlah yang menentukan, karena ” Yang Sempurna Itu Hanyalah Milik Tuhan” ingatlah hal itu agar kita sadar bahwa kalau kita selalu berbeda pendapat dan berdebat tentang seni bonsai maka tidak akan pernah selesai karena yang kita perdebatkan adalah seni ciptaan Tuhan. Kalau Tuhan sudah berkehendak JADI maka JADILAH….Thanx
sebagai info buat Nacho Marin bahwa Jenis Pithecellobium Tortum di Indonesia biasa disebut Brazillian Rain Tree….Thanx…dan jenis tersebut di indonesia sedikit sekali yang punya….
Clear, informative, smpile. Could I send you some e-hugs?
Thanks for the share!
Nancy.R
you’re welcome
Best of the best!
He was a real master
regards
NN – Indonesia
Lovely blog! I am loving it!! Will be back later to read some more. I am taking your feeds also
Sesuatu yang dilakukan dengan totalitas memang tak pernah menghasilkan sesuatu yang setengah-setengah.
He is the real master
saludos Nacho